Sumsel.Radarinformasinews.com, Palembang – Anggota DPRD Kota Palembang dari Fraksi PDI Perjuangan, Andreas Okdi Priantoro, SE., Ak., SH., menunjukkan kepeduliannya terhadap nasib warga dengan turun langsung ke Kompleks Tuna Netra di Jalan Seduduk Putih, Kelurahan 8 Ilir, Kecamatan Ilir Timur 3, Selasa (30/9/2025).
Kehadirannya bukan sekadar kunjungan seremonial. Andreas datang untuk mendengar langsung suara hati masyarakat terkait rencana pembangunan Rumah Susun Sewa (Rusunawa) di kawasan yang telah mereka huni selama puluhan tahun itu.
Dalam dialog hangat bersama Ketua RT 30 Nuryadi dan Ketua DPC Pertuni Kota Palembang Robi Surya, warga dengan tegas menyampaikan penolakan terhadap rencana pembangunan Rusunawa.
Robi menjelaskan, sejak berdirinya pasar ikan di sekitar kawasan, pendapatan usaha pijat tuna netra sudah turun drastis hingga hanya tersisa 25–30 persen dari omzet semula. Kekhawatiran mereka makin besar jika pemukiman yang telah berdiri sejak tahun 1974 itu digusur.
“Kalau kompleks ini digusur, kami makin bingung. Mau makan apa? Mau kerja apa? Tolong bantu kami, Pak Andreas. Saat ini hanya Bapak yang datang menjenguk kesusahan kami,” ungkap salah satu warga dengan suara bergetar.
Mendengar keluhan tersebut, Andreas menyatakan komitmennya untuk menjadi jembatan aspirasi warga tuna netra.
“Aspirasi ini akan saya sampaikan di DPRD sebagai bagian dari fungsi pengawasan. Pemerintah harus meninjau ulang rencana ini agar tidak merugikan masyarakat yang sudah membangun kehidupan mandiri selama puluhan tahun,” tegas anggota Komisi III DPRD Kota Palembang ini.
Andreas menilai, pembangunan Rusunawa di kawasan tersebut dapat mengganggu stabilitas sosial dan ekonomi masyarakat tuna netra. Mereka telah memiliki rumah, sekolah, tempat ibadah, serta usaha yang menopang kehidupan sehari-hari.
Sebagai kader PDI Perjuangan, Andreas menegaskan komitmennya untuk membela hak-hak masyarakat kecil, termasuk penyandang disabilitas.
“Pemerintah harus menempatkan aspek sosial dan kemanusiaan di atas kepentingan fisik. Kalau mau membangun Rusunawa, silakan di lokasi lain jangan mengorbankan komunitas yang sudah mapan,” tegasnya.
Kompleks Tuna Netra berdiri sejak 1974 dan kini dihuni 140 kepala keluarga dengan total 456 jiwa di atas lahan seluas 2,4 hektar. Selama puluhan tahun, kawasan ini menjadi tempat tinggal yang nyaman dan produktif bagi komunitas tuna netra di Kota Palembang.(Red)